1 Dollar 11 Sen

Diposting oleh mermanarts on Sabtu, 31 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #49
Sally baru berumur delapan tahun ketika dia mendengar ibu dan ayahnya sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Georgi. Ia sedang menderita sakit yang parah dan mereka telah melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan jiwanya. Hanya operasi yang sangat mahal yang sekarang bias menyelamatkan jiwa Georgi... tapi mereka tidak punya biaya untuk itu. Sally mendengar ayahnya berbisik, "Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya sekarang."

Sally pergi ke tempat tidur dan mengambil celengan dari tempat persembunyiannya. Lalu dikeluarkannya semua isi celengan tersebut ke lantai dan menghitung secara cermat...tiga kali. Nilainya harus benar- benar tepat.

Dengan membawa uang tersebut, Sally menyelinap keluar dan pergi ke toko obat di sudut jalan. Ia menunggu dengan sabar sampai sang apoteker memberi perhatian... tapi dia terlalu sibuk dengan orang lain untuk diganggu oleh seorang anak berusia delapan tahun. Sally berusaha menarik perhatian dengan menggoyang-goyangkan kakinya, tapi gagal. Akhirnya dia mengambil uang koin dan melemparkannya ke kaca etalase. Berhasil!

"Apa yang kamu perlukan?" tanya apoteker tersebut dengan suara marah. "Saya sedang berbicara dengan saudara saya."
"Tapi, saya ingin berbicara kepadamu mengenai adik saya," Sally menjawab dengan nada yang sama. "Dia sakit...dan saya ingin membeli keajaiban."
"Apa yang kamu katakan?," tanya sang apoteker.
"Ayah saya mengatakan hanya keajaiban yang bias menyelamatkan jiwanya sekarang... jadi berapa harga keajaiban itu ?"
"Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil. Saya tidak bisa menolongmu."
"Dengar, saya mempunyai uang untuk membelinya. Katakan saja berapa harganya."

Seorang pria berpakaian rapi berhenti dan bertanya, "Keajaiban jenis apa yang dibutuhkan oleh adikmu?" "Saya tidak tahu," jawab Sally. Air mata mulai menetes di pipinya. "Saya hanya tahu dia sakit parah dan mama mengatakan bahwa ia membutuhkan operasi. Tapi kedua orang tua saya tidak mampu membayarnya... tapi saya juga mempunyai uang." "Berapa uang yang kamu punya ?" tanya pria itu lagi. "Satu dollar dan sebelas sen," jawab Sally dengan bangga. "dan itulah seluruh uang yang saya miliki di dunia ini."

"Wah, kebetulan sekali," kata pria itu sambil tersenyum. "Satu dollar dan sebelas sen... harga yang tepat untuk membeli keajaiban yang dapat menolong adikmu". Dia Mengambil uang tersebut dan kemudian memegang tangan Sally sambil berkata : "Bawalah saya kepada adikmu. Saya ingin bertemu dengannya dan juga orang tuamu."
================================================== ============================================
Pria itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal....
Operasi dilakukannya tanpa biaya dan membutuhkan waktu yang tidak lama sebelum Georgi dapat kembali ke rumah dalam keadaan sehat.
Kedua orang tuanya sangat bahagia mendapatkan keajaiban tersebut. "Operasi itu," bisik ibunya, "adalah seperti keajaiban.

Saya tidak dapat membayangkan berapa harganya".
Sally tersenyum. Dia tahu secara pasti berapa harga keajaiban tersebut...satu dollar dan sebelas sen... ditambah dengan keyakinan.
Hadiah Terbaik
Kepada kawan - Kesetiaan
Kepada musuh - Kemaafan
Kepada ketua - Khidmat
Kepada yang muda - Contoh terbaik
Kepada yang tua - Hargai budi mereka dan kesetiaan.
Kepada pasangan - Cinta dan ketaatan
Kepada manusia – Kebebasan 
More about1 Dollar 11 Sen

Kisah Kopi Asin

Diposting oleh mermanarts on Jumat, 30 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #48
Seorang pria bertemu dengan seorang gadis di sebuah pesta, si gadis tampil luar biasa cantiknya, banyak lelaki yang mencoba mengejar si gadis. Si pria sebetulnya tampil biasa saja dan tak ada yang begitu memperhatikan dia, tapi pada saat pesta selesai dia memberanikan diri mengajak si gadis untuk sekedar mencari minuman hangat. Si gadis agak terkejut, tapi karena kesopanan si pria itu, si gadis mengiyakan ajakannya.

Dan mereka berdua akhirnya duduk di sebuah coffee shop, tapi si pria sangat gugup untuk berkata apa-apa dan si gadis mulai merasa tidak nyaman dan berkata, "Kita pulang aja yuk...?".

Namun tiba-tiba si pria meminta sesuatu pada sang pramusaji, "Bisa minta garam buat kopi saya?"
Semua orang yang mendengar memandang dengan ke arah si pria, aneh sekali!
Wajahnya berubah merah, tapi tetap saja dia memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya dan meminumnya.

Si gadis dengan penasaran bertanya, "Kenapa kamu bisa punya hobi seperti ini?"

Si pria menjawab, "Ketika saya kecil, saya tinggal di daerah pantai dekat laut, saya suka bermain di laut, saya dapat merasakan rasanya laut, asin dan sedikit menggigit, sama seperti kopi asin ini. Dan setiap saya minum kopi asin, saya selalu ingat masa kanak-kanak saya, ingat kampung halaman, saya sangat rindu kampung halaman saya, saya kangen orang tua saya yang masih tinggal di sana."

Begitu berkata kalimat terakhir, mata si pria mulai berkaca-kaca, dan si gadis sangat tersentuh akan perasaan tulus dari ucapan pria di hadapannya itu. Si gadis berpikir bila seorang pria dapat bercerita bahwa ia rindu kampung halamannya, pasti pria itu mencintai rumahnya, perduli akan rumahnya dan mempunyai tanggung jawab terhadap rumahnya. Kemudian si gadis juga mulai berbicara, bercerita juga tentang kampung halamannya nun jauh di sana , masa kecilnya, dan keluarganya.

Suasana kaku langsung berubah menjadi sebuah perbincangan yang hangat juga akhirnya menjadi sebuah awal yang indah dalam cerita mereka berdua.

Mereka akhirnya berpacaran. Si gadis akhirnya menemukan bahwa si pria itu adalah seorang lelaki yang dapat memenuhi segala permintaannya, dia sangat perhatian, berhati baik, hangat, sangat perduli ...
betul-betul seseorang yang sangat baik tapi si gadis hampir saja kehilangan seorang lelaki seperti itu!

Untung ada kopi asin!

Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap cerita cinta yang indah, sang putri menikah dengan sang pangeran dan mereka hidup bahagia selamanya, dan setiap saat sang putri membuat kopi untuk sang pangeran, ia membubuhkan garam di dalamnya, karena ia tahu bahwa itulah yang disukai oleh pangerannya.

Setelah 40 tahun, si pria meninggal dunia, dan meninggalkan sebuah surat yang berkata, "Sayangku yang tercinta, mohon maafkan saya, maafkan kalau seumur hidupku adalah dusta belaka. Hanya sebuah kebohongan yang aku katakan padamu ... tentang kopi asin."

Ingat sewaktu kita pertama kali jalan bersama? Saya sangat gugup waktu itu, sebenarnya saya ingin minta gula tapi malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya untuk merubahnya karena kamu pasti akan tambah merasa tidak nyaman, jadi saya maju terus. Saya tak pernah terpikir bahwa hal itu ternyata menjadi awal komunikasi kita! Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini, tapi saya terlalu takut melakukannya, karena saya telah berjanji untuk tidak membohongimu untuk suatu apa pun.

Sekarang saya sekarat, saya tidak takut apa-apa lagi jadi saya katakan padamu yang sejujurnya, saya tidak suka kopi asin, betul-betul aneh dan rasanya tidak enak. Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku sejak bertemu denganmu, dan saya tidak pernah sekalipun menyesal untuk segala sesuatu yang saya lakukan untukmu. Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupku. Bila saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu seumur hidupku, meskipun saya harus meminum kopi asin itu lagi.

Air mata si gadis betul-betul membuat surat itu menjadi basah. Kemudian hari bila ada seseorang yang bertanya padanya, apa rasanya minum kopi pakai garam?

Si gadis pasti menjawab, "Rasanya manis."

Terkadang kita merasa telah mengenal seseorang lebih baik dari orang lain, tapi hanya untuk menyadari bahwa pendapat kita tentang seseorang itu bukan seperti yang kita gambarkan. Sama seperti kejadian kopi asin tadi. Tambahkan Cinta dan Kurangi Benci karena terkadang garam terasa lebih manis daripada gula. 
More aboutKisah Kopi Asin

Pengorbanan Sang Ibu

Diposting oleh mermanarts on Rabu, 28 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #47
 
 Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya.

Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemohan, karena telahelahirkan seorang bayi haram tanpa bapa. Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih.

Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.

Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.

Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luaran sangat dingin sekali. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja. Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.

Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya.

Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah dikabulkan.

Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.

Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo.

Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pension yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.

Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.

Suhu diluaran sangat dingin dan hujan turun dengan lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah lagi, karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dlm keadaan sakit.

Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedong di mana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: "Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!"
More aboutPengorbanan Sang Ibu

7 Keajaiban Dunia

Diposting oleh mermanarts on Selasa, 27 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #46

Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari "Tujuh Keajaiban Dunia." Pada awal dari pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan "Tujuh Keajaiban Dunia" saat ini. Walaupun ada beberapa ketidak- sesuaian, sebagian besar daftar berisi;

1) Piramida
2) Taj Mahal
3) Tembok Besar Cina
4) Menara Pisa
5) Candi Borobudur
6) Menara Eiffel
7) Ka'bah

Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya. dey_ang (9:50:59 AM): Gadis pendiam itu menjawab, "Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya."

Sang guru berkata, "Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan
mungkin kami bisa membantu memilihnya."

Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, "Saya pikir, "Tujuh
Keajaiban Dunia" adalah,

1) Bisa melihat,
2) Bisa mendengar,
3) Bisa menyentuh,
4) Bisa menyayangi,

Dia ragu lagi sebentar, dan kemudian melanjutkan,
5) Bisa merasakan,
6) Bisa tertawa,
7) Dan, bisa mencintai

Ruang kelas tersebut sunyi seketika. Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya "keajaiban". Sementara kita lihat lagi semua yang telah Tuhan karuniakan untuk kita, kita menyebutnya sebagai "biasa". 
More about7 Keajaiban Dunia

Seribu Burung Kertas

Diposting oleh mermanarts on Senin, 26 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #45
 
Sewaktu boy dan girl baru pacaran, boy melipat 1000 burung kertas buat girl, menggantungkannya di dlm kamar girl. Boy mengatakan, 1000 burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan hatinya. Waktu itu, girl dan boy setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka b'dua....

Tetapi pada suatu saat, girl mulai menjauhi boy. Girl memutuskan untuk menikah dan pergi ke Perancis, ke Paris tempat yang dia impikan di dalam mimpinya berkali2 itu!!

Sewaktu girl mau mutusin boy, girl bilang sama boy, kita harus melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa..... Menikah bagi cewek adalah kehidupan kedua kalinya!! Aku harus bisa memegang kesempatan ini dengan baik. Kamu terlalu miskin, sungguh aku tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan kita setelah menikah...!!

Setelah Girl pergi ke Perancis, Boy bekerja keras, dia pernah menjual koran, menjadi karyawan sementara, bisnis kecil, setiap pekerjaan dia kerjakan dengan sangat baik dan tekun.

Sudah lewat beberapa tahun... Karena pertolongan teman dan kerja kerasnya,
akhirnya dia mempunyai sebuah perusahaan. Dia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada Girl, dia masih tidak dapat melupakannya.

Pada suatu hari, waktu itu hujan, Boy dari mobilnya melihat sepasang orang tua berjalan sangat pelan di depan. Dia mengenali mereka, mereka adalah orang tua Girl..

Dia ingin mereka lihat kalau sekarang dia tidak hanya mempunyai mobil pribadi, tetapi juga mempunyai Vila dan perusahaan sendiri, ingin mereka tahu kalau dia bukan seorang yang miskin lagi, dia sekarang adalah seorang Bos. Boy mengendarai mobilnya sangat pelan sambil mengikuti sepasang orang tua tsb.

Hujan terus turun, tanpa henti, biarpun kedua org tua itu memakai payung, tetapi badan mereka tetap basah karena hujan.

Sewaktu mereka sampai tempat tujuan, Boy tercegang oleh apa yang ada di depan matanya, itu adalah tempat pemakaman. Dia melihat di atas papan nisan Girl tersenyum sangat manis terhadapnya.

Di samping makamnya yang kecil, tergantung burung2 kertas yang dibuatkan Boy, dalam hujan burung2 kertas itu terlihat begitu hidup.

Org tua Girl memberitahu Boy, Girl tidak pergi ke paris, Girl terserang kanker, Girl pergi ke surga. Girl ingin Boy menjadi orang, mempunyai keluarga yang harmonis, maka dengan terpaksa berbuat demikian terhadap Boy dulu. Girl bilang dia sangat mengerti Boy, dia percaya kalau Boy pasti akan berhasil.

Girl mengatakan, kalau pada suatu hari Boy akan datang ke makamnya dan berharap dia membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi.
Boy langsung berlutut, berlutut di depan makam Girl, menangis dengan begitu sedihnya. Hujan pada hari Ching Ming itu terasa tidak akan berhenti, membasahi sekujur tubuh Boy.

Boy teringat senyum manis Girl yang begitu manis dan polos, mengingat
semua itu, hatinya mulai bertabur kesedihan... 
More aboutSeribu Burung Kertas

Free Cost From Mom

Diposting oleh mermanarts on Jumat, 23 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #44
 
Ini adalah mengenai Nilai kasih Ibu dari Seorang anak yang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia menghulurkan sekeping kertas yang bertulis sesuatu. Si ibu segera membersihkan tangan dan lalu menerima kertas yang dihulurkan oleh si anak dan membacanya.

OngKos upah membantu ibu:
1) Membantu Pergi Ke Warung: Rp20.000
2) Menjaga adik Rp20.000
3) Membuang sampah Rp5.000
4) Membereskan Tempat Tidur Rp10.000
5) menyiram bunga Rp15.000
6) Menyapu Halaman Rp15.000
Jumlah : Rp85.000

Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanya berbinar-binar. Si ibu mengambil pena dan menulis sesuatu dibelakang kertas yang sama.

1) OngKos mengandungmu selama 9 bulan - GRATIS
2) OngKos berjaga malam karena menjagamu - GRATIS
3) OngKos air mata yang menetes karenamu - GRATIS
4) OngKos Khawatir kerana selalu memikirkan keadaanmu - GRATIS
5) OngKos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu - GRATIS
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku - GRATIS

Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, "Saya Sayang Ibu".Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu didepan surat yang ditulisnya: "Telah Dibayar". 
More aboutFree Cost From Mom

To All My Friends

Diposting oleh mermanarts on Rabu, 21 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #43

* To my friends who are... not so single
Love isn't about becoming somebody else's "perfect person"
It's about finding someone who helps you become the best person you can be..


* To my friends who are... engaged
The true measure of compatibility is not the years spent together..
But how good you are for each other.


* To my friends who are... married
Love it's not about "It's your fault". But "I'm sorry."
Not "Where are you", But "I'm right here for you."
Not "How could you", But "I understand."
Not "I wish you were here", But "I'm thankful you are."


* To my friends who are... heartbroken
Heartbreaks last as long as you want and cut as deep as you allow them to go..
The challenge is not how to survive heartbreaks, but to learn from them..


* To my friends who are... possessive
It breaks your heart to see the one you love happy with someone else.
But it's more painful to know that the one you love is unhappy with you..


* To my friends who are... afraid to confess
Love hurts when you broke up with someone.
It hurts even more when someone broke up with you..
But love hurts the most..
WHEN the person you love the most has no idea how you feel about him/her..


* To my friends who are... still holding on
A sad thing about life is when you meet someone and fall in love, only to find out in the end that it was never meant to be, and that you have wasted years on someone who doesn't worth it..

If that person doesn't worth it now, it's not going to be worth it a year or 10years after..

* To all my friends
My wish for you is a man/woman whose love is :
honest, strong, mature, never-changing, protective, encouraging, rewarding, and unselfish..
AMIN
 
More aboutTo All My Friends

Tangan Ibu

Diposting oleh mermanarts on Selasa, 20 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #42
 
 Beberapa tahun yang lalu, ketika ibu saya berkunjung, ia mengajak saya untuk berbelanja bersamanya karena dia membutuhkan sebuah gaun yang baru. Saya sebenarnya tidak suka pergi berbelanja bersama dengan orang lain, dan sayabukanlah orang yang sabar, tetapi walaupun demikian kami berangkat juga ke pusat perbelanjaan tersebut. Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita, dan ibu saya mencoba gaun demi gaun dan mengembalikan semuanya.

Seiring hari yang berlalu, saya mulai lelah dan ibu saya mulai frustasi. Akhirnya,pada toko terakhir yang kami kunjungi, ibu saya mencoba satu stel gaun biru yang cantik terdiri dari tiga helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya, dan karena ketidak sabaran saya, makauntuk kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam ruangganti pakaian, saya melihat bagaimana ia mencoba pakaian tersebut,dan dengan susah mencoba untuk mengikat talinya. Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi dan sebab itu dia tidak dapat melakukannya. Seketika ketidak sabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya. Saya berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air mata saya yang mengalir keluar tanpa saya sadari. Setelah saya mendapatkan ketenangan lagi, saya kembali masuk ke kamar ganti untuk mengikatkan tali gaun tersebut. Pakaian ini begitu indah, dan dia membelinya.

Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat terlupakan dari ingatan saya. Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam ruang ganti pakaian tersebut dan terbayang tangan ibu saya yang sedang berusaha mengikat tali blusnya. Kedua tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah menyuapi saya,memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya, sekarang tangan itu telah menyentuh hatisaya dengan cara yang paling membekas dalam hati saya.

Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke kamar ibu saya, mengambil tangannya, menciumnya dan, yang membuatnya terkejut, memberitahukannya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di dunia ini. Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapat melihat dengan mata saya yang baru betapa bernilai dan berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu. Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri.

Bev Hulsizer : Dunia ini memiliki banyak keajaiban, Segala ciptaan Tuhan yang begitu agung; Tetapi tak satu pun yang dapat menandingi Keindahan tangan ibu
More aboutTangan Ibu

Pesan Orang Tua Kepada Anaknya

Diposting oleh mermanarts on Minggu, 18 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #41
 
 Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula. Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku. Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu, ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku. Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku. Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku. Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap "mengapa" darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku. Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat. Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka. Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan. Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku. Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.
More aboutPesan Orang Tua Kepada Anaknya

Lupa Makan Permen

Diposting oleh mermanarts on Jumat, 16 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #40
Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang
beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.
Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat ba nyak permen lollipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yangterlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan Bob dan Bib untukmengambil dan menikmati kelezatan mereka.

Bob sangat kegirangan melihat ba nyak nyapermen lolipop yang bisa diambil.
Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat
jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat
sangat ba nyak didepannya. Bobmengumpulkan sangat ba nyak permenlolipop
yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan
permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak
pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua
permen yang dilihatnya.

Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.
Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan".
Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduksekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembahpermen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih
menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat." Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga.
Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu ba nyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas ranselnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya
merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu,
"Permennya? saya lupa makan!"

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permenlolipop.
"Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya
memanggil-manggil kamu tapi
kamu sudah sangat jauh di depan saya."
"Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob.
"Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.
Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!"
Bib bercerita panjang lebar kepada Bob.
"Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangatkelelahan. Saya temani dia
berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami
makan bersama dan dia ba nyak menceritakan hal-hal yang lucu.
Kami tertawa bersama." Bib menambahkan.

Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa ba nyak hal yang telah ia
lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah.
Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu,sehingga ia sampai lupa memakannya
dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk
memasukkan semua permen itu ke dalam tas karungnya.

Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadarisuatu hal
dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Ternyata ini bukan tentang
berapa ba nyak permen yang telah sayakumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia.
" Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali."
Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bobpun harus melanjutkan kembali perjalanannya.

Dalam kehidupan kita, ba nyak halyang ternyata kita lewati begitu saja.
Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup.
Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibukmengumpulkan permen
tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.

Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia?
Jika saya ta nyak an pertanyaan tersebut kepada teman-teman saya,
biasanya mereka menjawab, "Saya akan bahagia...........nanti pada waktu saya sudah menikah, nanti pada waktu saya sudah punya anak, nanti saat
saya sudah memiliki rumah sendiri... nanti pada saat saya telah meraih semua
impian saya, nanti pada saat penghasilan saya sudah sangat besar, nanti............. dan nanti..............."

Pemikiran ' nanti ' itu membuat kita bekerja sangat keras di saat ' sekarang ' .
Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kitakonsepkan tentang masa ' nanti ' bahagia. Terkadang jika saya renungkan haltersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu ba nyak hal dalam hidup ini untuk masa ' nanti ' bahagia. Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapirasanya tidak pernah sampai di masa ' nanti ' bahagia itu. Ritme hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kitacapai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu... tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.

Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita
duduk menikmati keindahan tanaman atau pohon-pohon di beranda depan rumah kita, pada saat kita duduk sambil berbincang-bincang dan
mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, pada saat kita duduk berdiam diri menghampiri Tuhan atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir terasa hidup menjadi lebih indah.

Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran;
memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari
setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah
anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan
menyadari begitu ba nyak detilkehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.
Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupanyang ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan pada akhirnya akan membawa kitamenjadi lebih bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.
More aboutLupa Makan Permen

Cerita Dibalik Jendela

Diposting oleh mermanarts on Kamis, 15 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #39
Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya dan unutk menormalkan jantungnya karena denyutnya sangat lemah. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu.

Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya. Pria ini sering uring-uringan, bahkan tak jarang membentak anggota keluarga yang menjaga dan perawat yang memeriksanya. Tak jarang pula pria yang satu ini bereriak di malam hari (mungkin karena kesakitan) sehingga mengganggu pasien yang lainnya.

Suatu hari di sore yang cerah, seperti biasa pria yang berada dekat jendela ini duduk. Lalu dia melihat keluar jendela, sambil tersenyum dan dengan wajah yg gembira, "Senang sekali ya seandainya aku bisa berjalan-jalan setiap sore di taman itu, tentunya aku tidak ingin kembali di tempat ini lagi." gumamnya sambil tetap terlihat tersenyum.
Melihat hal itu pria satunya yang berada di sebelah tempat tidurnya berkata dengan rasa penasaran, "Apa yang kau lihat di luar sana?"

"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah." jelas pria yang duduk

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah. Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu.

Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah.

Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatu ya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu.

Perawat itu menjawab, "Sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta, yang terserang penyakit sangat berat dan akut, bahkan untuk melihat tembok sekalipun dia tidak bisa." lalu dengan tersenyum perawat itu berkata lagi, "Barangkali ia ingin memberi anda semangat hidup, agar anda bisa lebih sabar untuk melawan penyakit" kata perawat itu.

Mendengar hal itu pria tadi berkaca-kaca. Dia merasa sebagai orang yang cengeng, menyebalkan dan selalu menyusahkan orang bahkan kepada mereka yang ingin berbuat baik kepadanya.
Dan sejak saat itu pria itu tidak lagi suka marah-marah, tidak lagi berteriak meski kesakitan dan selalu tersenyum setiap melihat di luar jendela. Mungkin dia tidak melihat apa-apa, tapi dia membayangkan cerita-cerita indah pria sebelahnya yang selalu menggambarkan keindahan di luar sana.
Ujaran-ujaran yang bersemangat, tutur kata yang membangun, selalu menghadirkan sisi terbaik dalam hidup kita. Menyampaikan setiap ujaran dengan santun, akan selalu lebih baik daripada menyampaikannya dengan ketus, gerutu, atau dengan kesal.
Menyampaikan keburukan, sebanding dengan setengah kemuraman, namun, menyampaikan kebahagiaan akan melipatgandakan kebahagiaan itu sendiri.
Ada hal-hal yang mempesona saat kita mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain.
EpotiLit is offline  
More aboutCerita Dibalik Jendela

Wawancara Dengan Tuhan

Diposting oleh mermanarts on Selasa, 13 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #38


Human : Selamat Pagi Tuhan, sekiranya Tuhan punya wkt sdikit sy ingin bicara.
GOD : Ooo..waktuKU adlh KEKEKALAN, tdk ada masalah ttg waktu.
Apa pertanyaanmu?
Human : Trimakasih.. Apa yg paling mengherankan bagiMU ttg kami manusia?
GOD : Hahaha.. Kalian itu makhluk yg aneh.
*. Pertama, suka mencemaskan masa depan, sampai lupa hari ini.
*. Ke2, kalian hidup seolah olah tidak bakal mati.
*. Ke3, kalian Cepat Bosan sebagai anak2 dan terburu-buru ingin dewasa. Namun setelah dewasa rindu lagi ingin menjadi anak2 : Suka bertengkar, ngambek, dan ribut karena soal2 sepele.
*. Lalu Ke4, kalian rela kehilangan kesehatan demi mengejar uang, tetapi membayarnya kembali utk mengembalikan kesehatan itu.
Hal2 begitulah yang membuat hidup kalian susah.
Human : Lantas apa nasihat Tuhan agar kami bisa hidup BAHAGIA ?
GOD : Sebenarnya semua nasihat sudah pernah diberikan. Inilah satu lagi keanehan kalian, : Suka meLupakan nasihatKU.
-. Baiklah KU ulangi lagi ya beberapa yg terpenting :

1. Kalian harus Sadar bhw mengejar rejeki adalah sebuah kesalahan. Yang seharusnya kalian lakukan ialah menata diri agar kalian layak dikucuri rejeki. Jadi Jangan mengejar rejeki, tetapi biarlah rejeki yang mengejar kalian.

2. Ingat : "Siapa" yang kalian miliki itu Lebih berHarga dari pada "Apa" yang kalian punyai. Perbanyaklah teman, kurangi musuh.

3. Jangan bodoh dgn cemburu dan membandingkan yg dimiliki orang lain. Melainkan bersyukurlah dgn apa yg sdh kalian terima. Khususnya, kenalilah Talenta dan Potensi yg kalian miliki lalu kembangkanlah itu sebaik-baiknya, maka kalian akan menjadi manusia Unggul. Otomatis rejeki yg akan mengejar kalian.

4. Ingat orang yg disebut Kaya bukanlah dia yg berHasil mengumpulkan yg paling banyak, tetapi adalah dia yg paling "Sedikit" memerlukan, sehingga msh sanggup memberi kpd sesamanya..

sumber : chicken soup bluefame
More aboutWawancara Dengan Tuhan

Ukuran Kebahagiaan

Diposting oleh mermanarts on Minggu, 11 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #37


Seorang petani dan istrinya bergandengan tangan menyusuri jalan sepulang dari sawah sambil diguyur air hujan.Tiba-tiba lewat sebuah motor didepan mereka. Berkatalah petani kepada istrinya,”Lihat Bu,betapa bahagianya suami istri yang naik motor itu meski mereka kehujanan,tapi mereka bisa cepat sampai dirumah tidak seperti kita yg harus lelah berjalan untuk sampai kerumah.”

Sementara itu pengendara motor dan istrinya yg sedang berboncengan dibawah derasnya air hujan melihat sebuah mobil pick up lewat didepan mereka. Pengendara motor itu berkata kepada istrinya,”Lihat Bu, betapa bahagianya orang yg naik mobil itu, mereka tidak perlu kehujanan seperti kita.”

Didalam mobil pick up yg dikendarai sepasang suami istri terjadi perbincangan ketika sebuah sedan Mercy lewat,”Lihatlah Bu,
betapa bahagia orang yg naik mobil bagus itu, pasti nyaman dikendarai tdk spt mobil kita yg sering mogok.”

Pengendara mobil Mercy itu seorang pria kaya, dan ketika dia melihat sepasang suami istri yg berjalan bergandengan tangan dibawah guyuran air hujan, pria kaya itu berkata dlm hati,”Betapa bahagianya suami istri itu,mereka dgn mesranya berjalan bergandengan tangan sambil menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini, sementara aku & istriku tdk pernah punya wkt utk berduaan krn kesibukan masing-masing.”

Kebahagiaan takkan pernah kita miliki jika kita hanya melihat kebahagiaan milik orang lain, dan selalu membandingkan hidup kita dengan hidup org lain.

Bersyukurlah senantiasa atas hidup kita, supaya kita tahu dimana kebahagiaan itu berada.

sumber : chicken soup bluefame

More aboutUkuran Kebahagiaan

Seorang Ibu Dengan Satu Mata

Diposting oleh mermanarts on Sabtu, 10 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #36
 
Ibuku hanya memiliki satu mata, sedang mata yang satunya cacat. Aku membencinya… dia sungguh membuatku menjadi sangat memalukan. Dia bekerja memasak buat para murid dan guru di sekolah… untuk menopang keluarga.

Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk di sekolah dasar dan ibuku datang. Aku sungguh dipermalukan. Bagaimana bisa ia tega melakukan ini padaku? Aku membuang muka dan berlari meninggalkannya saat bertemu dengannya.

Keesokan harinya di sekolah…
“Ibumu bermata satu?!?!?…. eeeee ejek seorang teman. Akupun berharap ibuku segera lenyap dari muka bumi ini.

Jadi kemudian aku katakan pada ibuku, “Ma… kenapa engkau hanya memiliki satu mata?! Kalau engkau hanya ingin aku menjadi bahan ejekan orang-orang , kenapa engkau tidak segera mati saja?!!!�?

Ibuku diam tak bereaksi. Aku merasa tidak enak, namun disaat yang sama, aku rasa aku harus mengatakan apa yang ingin aku katakan selama ini…
Mungkin ini karena ibuku tidak pernah menghukumku, akan tetapi aku tidak berfikir kalau aku telah sangat melukai perasaannya.

Malam itu…Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum. Ibuku sedang menangis disana terisak-isak, mungkin karena khawatir akan membangunkanku. Sesaat kutatap ia, dan kemudian pergi meninggalkannya.

Setelah aku mengatakan perasaanku sebelumnya padanya, aku merasa tidak enak dan tertekan. Walau demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu mata.

Jadi aku bertekad untuk menjadi dewasa dan menjadi orang sukses . Kemudian aku tekun belajar. Aku tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku ke Singapore. Kemudian aku menikah. Aku membeli rumahku dengan jerih payahku. Kemudian, akupun mendapatkan anak-anak, juga.

Sekarang aku tinggal dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggal ini karena tempat ini dapat membantuku melupakan ibuku.

Namun pada suatu hari, ada seseorang tamu mengetuk pintu rumahku. Setelah kubuka, aku sangat terkejut sekali. Ini adalah ibuku… Masih dengan mata satunya. Aku merasa seolah-olah langit runtuh menimpaku.

Bahkan anak-anakku lari ketakutan melihat ibuku yang bermata satu.
Aku bertanya padanya, “Siapa kamu?!. Aku tidak mengenalmu!!!�? kukatakan seolah-olah itu benar.

Aku memakinya, “Berani sekali kamu datang ke rumahku dan menakut-nakuti anak-anakku! KELUAR DARI SINI!! SEKARANG JUGA!!!�?.

Ibuku hanya menjawab, “Oh, maafkan aku. Aku mungkin salah alamat.? Kemudian ia berlalu dan hilang dari pandanganku.
Oh syukurlah… Dia tidak mengenaliku. Aku agak lega. Kukatakan pada diriku kalau aku tidak akan khawatir, atau akan memikirkannya lagi. Dan akupun menjadi merasa lebih lega…

Suatu hari, sebuah undangan menghadiri reuni sekolah dikirim ke alamat rumahku di Singapore. Jadi, aku berbohong pada istriku bahwa aku akan melakukan perjalanan dinas. Setelah menghadiri reuni sekolah, aku mengunjungi sebuah gubuk tua, dulu merupakan rumahku… Hanya sekedar ingin tahu saja.
Di sana , aku mendapati ibuku terjatuh di tanah yang dingin. Tapi aku tidak melihatnya mengeluarkan air mata.

Ia memegang selembar surat ditangannya… Sebuah surat untukku.

“Anakku…Aku rasa hidupku cukup sudah kini… Dan… aku tidak akan pergi ke Singapore lagi…Tapi apakah ini terlalu berlebihan bila aku mengharapkan engkau yang datang mengunjungiku sekali-kali?

Aku sungguh sangat merindukanmu…Dan aku sangat gembira ketika kudengar bahwa engkau datang pada reuni sekolah .

Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolahan. Demi engkau… Dan aku sangat menyesal karna aku hanya memiliki satu mata, dan aku telah sangat memalukan dirimu.

Kau tahu, ketika engkau masih kecil, engkau mengalami sebuah kecelakaan, dan kehilangan salah satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa tinggal diam melihat engkau akan tumbuh besar dengan hanya memiliki satu mata.

Jadi kuberikan salah satu mataku untukmu…
Aku sangat bangga akan dirimu yang telah dapat melihat sebuah dunia yang baru untukku, di tempatku, dengan mata tersebut.

Aku tidak pernah merasa marah dengan apa yang kau pernah kau lakukan… Beberapa kali engkau memarahiku…
Aku berkata pada diriku, ‘Ini karena ia mencintaiku …’

diterjemahkan dari versi aslinya “the Story of The One-Eyed Mother"

Pesan (di atas) ini sungguh memiliki sebuah arti yang sangat mendalam dan dikirim untuk mengingatkan banyak orang bahwa kebaikan yang telah mereka nikmati selama ini adalah berkat seseorang, entah secara langsung maupun tidak langsung.
Renungkan sesaat dan lihatlah dirimu!.

Berterima kasihlah akan apa yang kamu miliki saat ini dibandingkan dengan jutaan orang yang tidak memiliki kehidupan seperti yang engkau peroleh saat ini !
“Bawalah (selalu) ibumu dalam doa di mana saja engkau berada !" 
More aboutSeorang Ibu Dengan Satu Mata

Pengorbanan Berbalas Duka

Diposting oleh mermanarts on Selasa, 06 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #35
 
Cerita ini mengisahkan perjalanan sepasang kekasih yang berakhir dengan duka. Si pria sebut saja Anton dan wanitanya sebut saja Intan.
Anton adalah seorang pria yg menjadi buta karena sebuah kecelakaan. Sejak ia menjadi buta, ia merasa terasing dari lingkungannya. Ia merasa tidak ada seorang pun yg memperhatikan atau menyayanginya.
Hingga kemudian hadirlah Intan dalam hidupnya. Intan sangat sayang dan perhatian pada Anton. Ia tidak pernah mempermasalahkan kebutaan Anton sebagai suatu kekurangan yg berarti. Ia sungguh-sungguh mencintai Anton dengan tulus.

Suatu hari Anton bertanya kepada Intan, "Mengapa kamu begitu menyayangiku?"

"Hmmm..entahlah..aku tidak pernah tau alasan mengapa aku begitu menyayangimu, yg aku tahu..aku benar-benar tulus menyayangimu." jawab Intan dengan senyum manisnya.

"Tapi..aku kan buta..apa yg bisa aku perbuat untukmu..? apa yg bisa aku berikan buatmu..?" tanya Anton untuk meyakinkan.

Dengan lembutnya Intan merabahkan kepalanya di dada Anton, "Ton..aku tidak mengharap apapun darimu..buatku..kamu bisa ceria setiap hari dan menyayangiku dengan tulus itu sudah cukup. Aku senang ketika kau merasa senang."

Mendengar jawaban seperti itu Anton merasa terharu, "Belum pernah ada orang yg begitu menyayangi aku yg buta seperti ini." ucap Anton seraya memeluk tubuh gadis yg dicintainya itu sambil membelai rambutnya yang panjang, "Intan kalo sampai suatu saat nanti aku bisa melihat lagi..aku pasti akan menikahimu. Karena hanya kamulah satu-satunya orang yang dengan tulus menyayangiku."

Benarkah..?" tanya Intan dengan raut muka ceria

Dengan penuh kasih sayang Anton meyakinkan hati Intan, "Aku janji..kalau suatu saat nanti aku bisa melihat, PASTI aku akan menikahimu."

Lalu kedua pasang kekasih itu semakin erat berpelukan, dengan bayangan indahnya masing-masing tentang masa depan yang indah. Tentang pernikahan yang telah dinantikan dengan penuh kebahagiaan.

Hari-haripun berjalan, sepasang kekasih inipun semakin erat dan saling menyayangi. Sampai saat yang dinantikan telah tiba, Anton melakukan operasi cangkok mata dan berhasil..ia mampu melihat lagi..Ia pun tidak sabar untuk segera menemui kekasihnya Intan. Pergilah ia mencari Intan, sampai ia berhasil menemukannya. Namun alangkah terkejutnya ia mengetahui bahwa ternyata Intan adalah seorang gadis buta..
Ia tidak bisa menerimanya..Ia pun menolak Intan.
Anton telah lupa akan semua janjinya...

Melihat kenyataan itu hati Intan menjadi hancur, hatinya menangis, sambil meraba dia berusaha menghampiri kekasihnya Anton, "Bukankah kamu sudah berjanji akan menikah denganku..?" tanya Intan mengingatkan kekasihnya kembali.

Tapi dengan sekenanya Anton menjawabnya dengan ketus dan sedikit bimbang, "Emmm.... ya memang aku pernah berkata begitu..tapi tidak dengan keadaanmu yg seperti ini. Maaf Intan, aku tidak bisa menikah dengan gadis buta sepertimu. Keinginanku untuk sembuh agar aku bisa jadi orang normal kembali, jika orang-orang tahu bahwa istriku nanti adalah orang buta, lalu apa kata mereka nanti?"

Antonpun pergi meninggalkan Intan yang dirundung kedukaan dan kekecewaan akan kenyataan yang telah menimpa dirinya. Tidak kuat menerima perlakuan Anton yang telah menghianatinya, dia bertekad mengakhiri hidupnya dengan menyayat urat nadinya dengan silet.

Saat ia ditemukan meninggal..ada sepucuk surat digengngamannya yang ditujukan untuk kekasihnya Anton.

"Dear Anton.....
Memang tidak banyak yg bisa aku berikan padamu..tidak banyak yg bisa aku lakukan untukmu... Namun..aku sungguh-sungguh tulus menyayangimu...
Semoga kedua mataku itu bisa berguna bagimu..bisa membawakan terang dan keceriaan dalam hidupmu kembali.."

Membaca surat itu, Anton merasa sangat menyesal. Dia tidak tahu bahwa orang yang dengan rela memberikan mata untuk dirinya adalah kekasih yang selama ini mencintainya, menyayanginya dan menjaganya dengan tulus.
Namun penyesalan hanya tinggal penyesalan. Intan yang telah rela berkorban untuk dirinyapun telah pergi. Yang tersisa hanyalah perasaan bersalah yang akan tersimpan sampai mati.

~Kadang kala kita tidak boleh melihat sesuatu hanya dengan mata... melainkan juga dengan hati kita.. Mata itu bisa menipu..namun hati tidak.. kata hati slalu merupakan kejujuran terdalam dalam hidup manusia~
More aboutPengorbanan Berbalas Duka

Kisah Sebatang Bambu

Diposting oleh mermanarts on Minggu, 04 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #34
 
 
Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu. Dia berkata kepada batang bambu," Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air, yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?"

Batang bambu menjawabnya, "Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu. Sang petani menjawab, "Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar.

Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam dapat tumbuh dengan subur."

Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam..... , kemudian dia berkata kepada petani, "Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau

membelah-belah batangku yang indah ini, dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?"

Petani menjawab batang bambu itu, " Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua itu, karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah."

Akhirnya batang bambu itu menyerah, "Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna bagimu. Ini aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki."

Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawahnya sehingga padi dapat
tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.

Pernahkah kita berpikir bahwa dengan masalah yang datang silih berganti tak habis-habisnya, mungkin TUHAN sedang memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu,
kita sedang ditempa, TUHAN sedang membuat kita sempurna untuk di pakai menjadi penyalur berkat, agar diri kita menjadi lebih bermanfaat dan lebih baik lagi. Dia sedang membuang kesombongan dan segala sifat
kita yang tak berkenan bagi-Nya. Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena TUHAN tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul.

Jadi maukah kita berserah diri pada kehendak TUHAN, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi-Nya? karena sesungguhnya Dia maha tau yang terbaik untuk kita, dan TUHAN tidak lah pernah sia-sia dalam menciptakan
sesuatu.
Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, " Ini aku TUHAN, perbuatlah sesuai dengan yang Kau kehendaki, dan semoga engkau meridhoi"
More aboutKisah Sebatang Bambu

Aku Menangis 6x Untuk Adikku

Diposting oleh mermanarts on Kamis, 01 Desember 2011

Cerita, Motivasi & Renungan #33
 
Aku adalah seorang wanita dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik laki-laki, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis disekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat dikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya."Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. sudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11 tahun.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20 tahun.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab,tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa
yang akan dikirimkan?"

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29 tahun.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Diterjemahkan dari : "I cried for my brother six times" 
More aboutAku Menangis 6x Untuk Adikku