Cerita, Motivasi & Renungan #110,111 & 112
Kamu Bukan Chuang Tzu
Suatu hari Chuang Tzu dan temannya jalan-jalan menyusuri tepian sebuah sungai. " Lihat ikan-ikan yang sedang berenang itu, " kata Chuang Tzu, "Mereka sedang bergembira ria." "Kamu bukan ikan," sahut temannya, " Jadi kamu tidak bisa benar-benar tahu kalau mereka sedang bergembira atau tidak." "Kamu bukan aku. " kata Chuang Tzu, " Jadi bagaimana kamu bisa tahu kalau aku tidak tahu bahwa ikan-ikan itu sedang bergembira?"
Kaligrafi Zen
Seorang laki-laki kaya meminta seorang guru Zen untuk menulis sesuatu yang dapat mendorong kesejahteraan keluarganya hingga bertahun-tahun kemudian. Sesuatu yang bisa dinikmati oleh keluarga itu dari generasi ke generasi. Di atas selembar kertas besar, sang guru menulis, "Ayah mati, anak mati, cucu mati." Si orang kaya menjadi marah melihat karya kaligrafi sang guru. "Aku suruh kamu menulis sesuatu yang dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan kepada keluargaku. Kenapa kamu menulis hal yang menyedihkan seperti ini?" "Jika anakmu meninggal sebelum kamu,"jawab sang guru, "ini akan menyebabkan kesedihan yang tak terperikan di keluargamu. Jika cucumu meninggal sebelum anakmu, ini juga akan menimbulkan kesedihan yang mendalam. Jika keluargamu, dari generasi ke generasi, berpulang dengan urutan seperti yang kuterangkan, inilah rangkaian hidup yang alami. Inilah kebahagiaan dan kesejahteraan yang sesungguhnya.
Si Pandir di Kota Besar
Ada berbagai macam keterjagaan, namun hanya satu belaka yang benar. Manusia tertidur tapi ia harus terjaga (dari kantuknya), ia harus bangun dengan cara yang baik. Berikut ini sebuah cerita tentang seorang pandir yang keterjagaannya tidak patut.
Suatu hari, seorang pandir yang naik kereta angkutan tiba di sebuah kota besar dan terjebak dalam keramaian jalanan. Karena merasa takut, ia memutuskan untuk tidur, tidak mau lagi mendapati dirinya berada di antara kehirukpikukan semacam itu yang membuatnya merasa tertekan. Sebelum tidur ia mengikatkan sebuah pita di kakinya sebagai tanda pengenal.
Seorang lelaki nakal iseng yang memahami maksud dari apa yang dilakukan si pandir, menunggu hingga ia tertidur untuk kemudian melepaskan pita itu dan mengikatkannya di kakinya sendiri. Kemudian si jahil sendiri lalu tidur di lantai kereta yang sama.
Si pandir bangun terlebih dahulu, melihat pita itu, lalu berpikir, "Mungkin orang itu adalah aku", lalu ia menghambur ke arahnya sambil berteriak , " Jika kamu adalah aku, lalu aku ini siapa?
Kamu Bukan Chuang Tzu
Suatu hari Chuang Tzu dan temannya jalan-jalan menyusuri tepian sebuah sungai. " Lihat ikan-ikan yang sedang berenang itu, " kata Chuang Tzu, "Mereka sedang bergembira ria." "Kamu bukan ikan," sahut temannya, " Jadi kamu tidak bisa benar-benar tahu kalau mereka sedang bergembira atau tidak." "Kamu bukan aku. " kata Chuang Tzu, " Jadi bagaimana kamu bisa tahu kalau aku tidak tahu bahwa ikan-ikan itu sedang bergembira?"
Kaligrafi Zen
Seorang laki-laki kaya meminta seorang guru Zen untuk menulis sesuatu yang dapat mendorong kesejahteraan keluarganya hingga bertahun-tahun kemudian. Sesuatu yang bisa dinikmati oleh keluarga itu dari generasi ke generasi. Di atas selembar kertas besar, sang guru menulis, "Ayah mati, anak mati, cucu mati." Si orang kaya menjadi marah melihat karya kaligrafi sang guru. "Aku suruh kamu menulis sesuatu yang dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan kepada keluargaku. Kenapa kamu menulis hal yang menyedihkan seperti ini?" "Jika anakmu meninggal sebelum kamu,"jawab sang guru, "ini akan menyebabkan kesedihan yang tak terperikan di keluargamu. Jika cucumu meninggal sebelum anakmu, ini juga akan menimbulkan kesedihan yang mendalam. Jika keluargamu, dari generasi ke generasi, berpulang dengan urutan seperti yang kuterangkan, inilah rangkaian hidup yang alami. Inilah kebahagiaan dan kesejahteraan yang sesungguhnya.
Si Pandir di Kota Besar
Ada berbagai macam keterjagaan, namun hanya satu belaka yang benar. Manusia tertidur tapi ia harus terjaga (dari kantuknya), ia harus bangun dengan cara yang baik. Berikut ini sebuah cerita tentang seorang pandir yang keterjagaannya tidak patut.
Suatu hari, seorang pandir yang naik kereta angkutan tiba di sebuah kota besar dan terjebak dalam keramaian jalanan. Karena merasa takut, ia memutuskan untuk tidur, tidak mau lagi mendapati dirinya berada di antara kehirukpikukan semacam itu yang membuatnya merasa tertekan. Sebelum tidur ia mengikatkan sebuah pita di kakinya sebagai tanda pengenal.
Seorang lelaki nakal iseng yang memahami maksud dari apa yang dilakukan si pandir, menunggu hingga ia tertidur untuk kemudian melepaskan pita itu dan mengikatkannya di kakinya sendiri. Kemudian si jahil sendiri lalu tidur di lantai kereta yang sama.
Si pandir bangun terlebih dahulu, melihat pita itu, lalu berpikir, "Mungkin orang itu adalah aku", lalu ia menghambur ke arahnya sambil berteriak , " Jika kamu adalah aku, lalu aku ini siapa?
Terima kasih telah membaca artikel di blog ini. Silakan copas dan sebarkan tetapi jangan lupa cantumkan link blog ini. ya. :)
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar