Jenis Mesin Vs BBM

Diposting oleh mermanarts on Rabu, 20 Juli 2011

Halo sobat, MERMANARTS mau bahas BBM nih. Bukan Blackberry Messanger lho.
Langsung aja sob. :D
 
 
 
Mungkin sebagian kita sudah memahami bahwa jenis mesin sangat berpengaruh terhadap pilihan - pilihan jenis BBM yang dikonsumsi, namun kerapkali karena pertimbangan biaya yang dikeluarkan kita sedikit mengabaikan hal tersebut. Sebagai bahan pengetahuan artikel berikut menggambarkan bagaimana semestinya pilihan BBM kita tetapkan pada mobil yang kita miliki.

Jenis BBM yang dikenal di pasaran saat ini cukup beragam, sebut saja ada solar, premium, pertamax, pertamax plus dan masih banyak jenis BBM yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan lain seperti Shell dan Petronas. Perbedaan jenis BBM ini bukan semata dimaksudkan untuk membedakan harga, tetapi lebih kepada kebutuhan oktan untuk setiap jenis mesin yang berbeda. Nilai oktan (RON) ini diwakili dengan sebuah angka misalnya oktan 88, 92 dan 95. Umumnya oktan yang tinggi mencerminkan harga yang mahal, tetapi jangan salah persepsi bahwa tidak serta merta oktan tinggi memberikan tambahan tenaga mesin yang luarbiasa. Sekali lagi, kebutuhan oktan BBM disesuaikan dengan rasio Kompresi mesin itu sendiri.

Rasio Kompresi (CR) kendaraan umumnya tercantum dalam buku panduan atau brosur spesifikasi mesin kendaraan tersebut. CR ini adalah hasil perhitungan perbandingan tekanan yang berkaitan dengan volume ruang bakar terhadap jarak langkah piston dari titik bawah ke titik paling atas saat mesin bekerja. ruang bakar terhadap jarak langkah piston dari titik bawah ke titik paling atas. Setelah kita mengetahui rasio mesin kendaraan, dengan mudah kita dapat menentukan BBM yang direkomendasi sesuai data berikut:
 
Premium; Oktan = 88; Rasio Kompresi = 7:1 - 9:1


Pertamax ; Oktan = 92; Rasio Kompresi = 9:1 - 10:1

Pertamax Plus; Oktan = 95; Rasio Kompresi = 10:1 - 11:1
 
Bagaimana jika diisi bensin dengan oktan lebih rendah?
Bensin dengan oktan rendah lebih mudah terbakar. Semakin tinggi nilai CR pada mesin artinya membutuhkan bensin bernilai oktan tinggi. Mesin berkompresi tinggi membuat bensin cepat terbakar (akibat tekanan yang tinggi), yang akan menjadi masalah adalah, ketika bensin terbakar lebih awal sebelum busi memercikkan api. Saat piston naik ke atas melakukan kompresi, bensin menyala mendahului busi, akibatnya piston seperti dipukul keras oleh ledakan ruang bakar tersebut. Kita sering mendengar istilah “Ngelitik” (pinging/knocking). Bagaimana menggambarkan ‘kejam’nya ngelitik yang dirasakan piston? Ibarat telapak tangan kita ditusuk2 dengan paku… kira-kira begitu. Perlahan namun pasti.. membuat piston seperti permukaan bulan… dan bahkan bisa bolong!. Saat terjadi ‘ngelitik’, bensin tidak menjadi tenaga yang terpakai. Kerja mesin tidak optimal. Kembali diulang, mesin yang CR nya tinggi, memerlukan bensin yang lambat terbakar. Semakin tinggi nilai CR, bensin harus semakin lambat terbakarnya (oktan tinggi).

Bagaimana kalau diisi bensin dengan oktan lebih tinggi?
Bensin dengan oktan lebih tinggi (pertamax, pertamax plus, dsb), umumnya dilengkapi dengan aditif pembersih, dan sebagainya. Namun tidak banyak memberi penambahan tenaga, jadi angka oktan tinggi bukan artinya lebih ‘bertenaga’.
Karena benefitnya kurang sebanding jika dibanding harganya yang tinggi, maka ujung-ujungnya hanyalah merupakan pemborosan uang saja.

Oleh Karena itu;

* Dianjurkan mengisi bensin sesuai nilai rasio kompresi. (kecuali ada modifikasi lain).
* Semakin TINGGI nilai oktan, maka bensin semakin lambat terbakar (dikarenakan titik bakarnya lebih tinggi).
* Semakin TINGGI nilai oktan, maka bensin lebih sulit menguap (penguapan rendah)
* Bensin yang gagal terbakar (akibat oktan terlalu tinggi), bisa menyebabkan penumpukan kerak pada ruang bakar atau pada klep.

Solusi Alternatif
Banyak cara untuk menyiasati agar bisa menggunakan bensin Premium pada mesin yang ber-CR tinggi, namun mesin tidak mengalami ‘ngelitik’, antara lain:

* Menambahkan Octane Booster pada bensin (dimasukkan ke tangki bensin)
* Menggunakan katalis untuk menaikkan nilai oktan (biasanya mengandung timbal, tidak ramah lingkungan).
* Merubah derajat waktu pengapian (ignition timing) ke posisi yang lebih lambat (Retard).
* Menggunakan aplikasi water-injection (agak repot untuk perawatannya).

jadi sekarang lihatlah CR kendaraan anda dan tentukan BBM mana yang cocok buat mesin anda..
 
1. Kejadian knocking /ngelitik:
Suara yang kita dengar sebagai “knocking” (istilah Indonesianya: ketuk) sebenarnya adalah pertemuan dua lidah api dari dua ledakan dari dua pembakaran yang terjadi berurutan. Satu pembakaran terjadi dari ledakan spontan bensin beroktan rendah, satu lagi dari pembakaran yang memang semestinya terjadi oleh busi (setelah pembakaran spontan yang salah tersebut, dengan bahan bakar belum semuanya menyala, busi memercikkan apinya). Ketuk ini memberi tekanan yang sangat besar pada piston dan klep (dan juga dinding silinder), dan dalam jangka panjang, akan merusak mesin. Pembakaran spontan (prematur) tersebut juga mengurangi efisiensi mesin karena ekspansi gas dari pembakaran terjadi mendahului saat dimana ekspansi tersebut diinginkan untuk menekan piston turun (power stroke).

2. Memundurkan timing untuk mencegah knocking.
Agar kedua ledakan /pembakaran tidak saling tubruk, maka timing dimajukan. Jadi pembakaran yang semestinya terjadi justru mendekati waktu pembakaran yang keliru. Maka terhindarlah dua lidah api bertemu dari dua ledakan. Tentu saja tindakan ini akan menurunkan efisiensi mesin. Silakan coba: Mundurkan timing pada kendaraan yang masih bisa disetel manual. Akan didapatkan jarum penunjuk temperatur mesin naik sedikit pada temperatur operasi.

Pada kendaraan dengan knocking sensor, terdapat sensor getaran pada dinding mesin. Bila sensor ini mendeteksi getaran pada frekuensi yang tidak normal (dideteksi sebagai ketuk), ECU (atau vacuum pada mesin lama) akan menarik timing maju, dan mungkin akan menyesuaikan aliran bahan bakar.

3. Hubungan dengan rasio kompresi.
Rasio kompresi bukan satu-satunya penentu angka oktan yang diperlukan. Bentuk ruang bakar, desain mesin, bentuk kepala piston, perbandingan campuran bahan bakar, aliran masuk bahan bakar (dan manajemen alirannya serta fitur seperti cyclone, valve deactivation, variable valve timing, turbocharger /supercharger, gasoline direct injection, dll) juga bisa mengubah kebutuhan oktan naik /turun. Jadi sebaiknya dilihat buku petunjuk (manual kendaraan) mengenai kebutuhan oktan. Termasuk apakah kendaraan boleh menggunakan bahan bakar bertimbal, menambah aditif, dll.

4. Memilih angka oktan.
Memilih oktan untuk kendaraan seperti mengisi air ke dalam gelas hingga tinggi tertentu. Ada batas di mana mesin akan terpuaskan. Kurang menyebabkan tidak optimal dan terganggu. Makin penuh makin OK. Namun terlalu banyak hanya akan tumpah, mubazir saja.

5. Oktan di pompa bensin di Indonesia .
Dengan hadirnya bensin dari berbagai produsen,angka oktan pada bensin semakin ngetop. Dulu kita hanya tahu premium, pertamax (ex super). Premium beroktan 88 (dulu 87) (padahal sudah lazim di dunia otomotif premium beroktan 90 ke atas, 88 disebut regular). Sekarang kesadaran akan nilai oktan menjadi tinggi, karena angka oktan menjadi standar pembanding antar merk bensin dari berbagai produsen.
Sebenarnya sudah saatnya di Indonesia dibuat peraturan agar angka oktan harus dituliskan dengan angka besar di setiap dispenser pompa bensin, dan di balik flap tutup lubang pengisian tangki bahan bakar /pada tangki tanpa flap: pada dinding tangki bahan bakar kendaraan. 
 
Semoga bermanfaat. :) 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
(SUMBER:http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3798584)

Terima kasih telah membaca artikel di blog ini. Silakan copas dan sebarkan tetapi jangan lupa cantumkan link blog ini. ya. :)



Artikel Lain Yang Mungkin Anda Cari:



{ 0 komentar... read them below or add one }